Senin, 26 Agustus 2013

Zona aman -repost-

Manggut" sambil ngebayangin tuwit pas baca ini
Sempet loading waktu baca nama 'Adit'
terus langsung inget omongan difa, terus langsung paham heu :p


Entah kenapa di sepanjang perjalanan menuju kantor pagi ini, banyak hal yang tiba- tiba melintas tanpa assalamuailkum di kepala. Belakangan, aku memang jadi hobi berpikir tentang diri sendiri, tentang apa yang sedang dijalani dan tentang mimpi- mimpi yang tersedat selama ini.

Aku diam beberapa waktu, saat di dalam diri ada pergelutan hebat dan lemparan tanya jawab tentang apa sih passionku yang sebenarnya dan apakah aku telah melakukan semuanya sesuai dengan passion itu? Atau malah menjauhkanku darinya? Atau malah mungkin,  aku melupakannya? 

Iya, melupakan. Lalu, apa sebenarnya yang membuatku bisa lupa pada sebuah passion yang sejatinya sangat penting dalam sebuah proses hidup? Ternyata sebuah zona aman yang mengendalikannya. Sebuah zona yang membuat kamu enggan beranjak dan tanpa sadar telah mempermainkanmu dengan embel- embel kenyaman di dalamnya.

Aku diam lagi, namun kali ini berpikir lebih dalam. Ternyata, zona aman adalah sebuah kotak energi dimana di dalamnya ada kekuatan tarik- menarik yang cukup besar antara kebahagian instan dan ketidakpuasan pencapaian yang menyebabkan pergesaran mindset. Dan sebenarnya zona aman itu sendiri adalah pembatas ruang gerak yang mematikan diri.

Sebenarnya siapa sih yang tidak bahagia berada di posisi aman? Tidak perlu bersusah- susah mengenal apa arti “memperjuangkan”, toh kamu tidak akan mendapatkan resiko tidak bahagia kan? Karena adanya “jaminan” aman itu tadi. 

Tapi ternyata tidak sesimpel itu untuk menjadi bahagia. Semakin kamu mencoba menikmati keberadaanmu di dalam zona ini, malah semakin membuat kamu bukan menjadi kamu yang sebenarnya. Menjadi kamu yang bukan maunya kamu. Menjadi kamu yang “yaudah sih jalani aja”. Menjadi kamu yang tidak punya tujuan pasti. Menjadi kamu yang rancu. Akh, mulai susah dimengerti ya? Iya aku pun.

Lalu aku berpikir lagi, diantara aman dan nyaman itu tadi sebenarnya ada faktor ketakutan yang lebih mendominasi, yang menghadirkan kemalasan untuk maju, untuk mengejar sesuatu.

Sebenarnya aku tahu dengan jelas apa yang menjadi passionku, tapi aku terlalu bermain aman atas apa yang aku jalani. Aku berpikir bahwa waktu bisa memberikanku pemahaman tentang ini, tapi aku salah. Semakin lama aku mencoba memahami dan terus menunggu pemahaman itu, aku malah merasa semakin bodoh. Tidak punya apresiasi atas prestasi, ya begitulah kira-kira.

Mungkin kalau bukan karena rasa ketidaknyamanan yang perlahan muncul atas aman yang terus menerus, karena buku Rich Dad Poor Dad yang aku baca beberapa hari lalu dan karena Adit yang memancingku untuk berpikir tentang ini, aku mungkin akan terkurung lebih lama lagi di zona ini.

Iya, karena saat kamu berani keluar dari zona aman, saat itulah kamu menemukan kamu yang baru atau bahkan kamu yang sesungguhnya. Iya, dan aku ingin begitu.


HALO DUA PULUH PLES!
*tereak di depan kaca ._.


2 komentar:

twitajeng mengatakan...

hahaha kata-kata pembukamu jg membuat aku loading isti, "terus langsung inget omongan difa, terus langsung paham heu :p". apa ada tukar informasi diantara kalian yg aku gak tau ya? uuuuuuuk {}

Istiqomah Nurfitri mengatakan...

ada atuh, harus ada tukar informasi :D
padahal kemaren sempat buka bareng, tapinya gak cerita"~ pret
heu

Posting Komentar