Minggu, 14 Desember 2014

suami -repost-

"Bu, untuk Nasehat Pernikahan besok boleh pakai catatan, kan?"
"Boleh. Ibu sudah punya template-nya, nemu di internet, bagus deh, Pak, bikin terharu.”
"Masa dari internet? Kan nggak personal, Bu."
"Bapak mau buat sendiri?"
"Iya dong. Aku kan wartawan. Malu sama profesi kalau yang beginian saja harus nyontek.”
***
Pukul sepuluh malam. Suara jangkrik kalah nyaring dengan bunyi jari-jari yang beradu dengan papan ketik. Ritmenya teratur, ada jeda sesekali.
"Kepada Ananda Juna,
Aku sejujurnya bersyukur dan lega; karena dari dulu Kika doyannya musik-musik heavy-metal. Kupikir, nanti kalau dapat menantu metal bagaimana ngajak ngobrolnya.
Ah, Kika. Ngakunya saja anak metal, seleranya tetap orang kantoran yang rajin baca dan taat beribadah.
Ananda Juna,
Kalau kau tak keberatan, aku mau membagi hal-hal yang kupelajari dari 27 tahun pernikahanku dengan ibunya Kika.
Aku tahu sedikit tentang maunya wanita. Dibimbing, dimengerti, dilindungi, dikasihi. Ingatlah baik-baik yang empat ini.
Aku juga tahu peran mereka besar sekali. Merawat, memahami, menopang, dan mendampingi. Juga memanjakan, kadang, karena kau pasti setuju laki-laki sesungguhnya tak benar-benar rela beranjak dewasa.
Ananda Juna,
Sebaiknya kupersingkat saja suratku, sebelum tamu-tamu mengeluh bosan.
Kuucapkan terimakasih, karena telah sungguh-sungguh memperjuangkan putriku. Dan dengan bismillah, kupercayakan padamu untuk meneruskan tugas kami.”
Satu helaan nafas panjang. Menyimpan berkas. Lembar kerja baru.
"Kepada putriku Kika,
Kamu sudah besar ya, Nak?”
Suara jangkrik kembali mendominasi. Kegiatan mengetik terhenti total, karena jari sibuk menyeka mata yang basah.
***
"Lho, Pak, kok nangis? Malu sama kumis."
Tak ada jawaban. Hanya isak pelan dan bahu yang bergetar.
"Pak, sudah nangisnya. Nanti aku ikut nangis."
Sisa malam dihabiskan dua manusia paruh baya itu dengan bertangis-tangisan.
***
"Pak! Catatannya ketinggalan!"
"Sengaja kutinggal, Bu. Takut nangis lagi. Malu sama kumis."
***
"Berikutnya kita dengarkan Penyampaian Nasehat Perkawinan oleh Ayah mempelai wanita."
Mikrofon diketuk beberapa kali.
"Selamat berbahagia kepada ananda berdua. Selamat menjalankan peran baru sebagai suami dan istri, semoga selalu rukun dan saling mengasihi."
Satu tarikan nafas panjang.
"Restu dan doa bapak selalu mengiringi langkah kalian."

Sesingkat itu pun, seisi gedung sudah banjir air mata.



tulisan mba kinsyu emang palingpaling deh!!! :)

0 komentar:

Posting Komentar